widgets

Minggu, 25 Januari 2015

Wanita Cahaya

Permata hati tak pernah tampak
Lambaian jilbab yang menarik cinta
terkesan dan terpesona
Cahaya dari sang wanita surga

Kudalami dan kuperhatikan
Senyum pertama dari seorang maya di dunia
Indah permata sejuta kilauan
Tak bisa kubayangkan tentang dirimu

Cinta menghampiri
Tak pasti atau tak berbelas kasih
Aku tak tahu dengan ini
Mengagumimu walaupun hanya kenalan abstrak

Rangkaian lembut dari mulut manismu
Selalu bisa membuatku tersenyum
Selalu ingin bersamamu
Namun jarak dan waktulah yang memisahkan
Hati kita yang terhubung cinta

Kilauan indah dirimu semakin kuat
Membuat silau hatiku karena kecantikanmu
Membuatku terperosok dalam lautan asmara
Sakti bergelora dalam sukma

Aku ingin bersamamu
Namun aku tak sangggup
Mungkin kau menganggapku bukan apa-apa
Tapi aku menganggapmu
Wanita cahaya

Karya Baslan Syahputra


Nama kita berdua : BASYARA

Cinta dan Petualanganku

Awalnya, kekuatan cinta yang begitu murni dengan segala keindahannya, menghampiri bak permata yang tiba-tiba jatuh di depan mata. Kutemukan yang selama ini kucari dengan harapan yang besar. Tak ayal, panorama setiap jengkal cinta yang masuk merasuki, membuatku sadar bahwa cinta itu datang dengan sendirinya walaupun tanpa prasangka dan dugaan. Semua berjalan seperti biasa. Melewati setiap lorong waktu dan labirin kepura-puraan hati untuk menyembunyikan.

Perjalanan dan petualangan cinta mulai berjalan. Kutatap dengan tulus apa yang terbersit di hati membuatku tak bisa melupakanmu. Tidak sekarang atau nanti. Namun, hidup yang berdampingan dengan cinta harus memiliki masalah. Pilihan akan sebuah masalah menentukan jalan keluar yang selama ini diharapkan. Teka-teki cinta yang kubuat dalam sejarah akan mengungkapkannya sekarang.

Daun membisu ketika sang bayu menyapa dengan lembut. Cintanya memang tak akan pernah dibalas oleh sang daun. Diam seribu makna. Bisu tak kenal bahasa. Menimbulkan gejolak keraguan dalam hati, bahwa "Benarkah kau mencintaiku ?" Semua dijawab dengan senyuman. "Tidak," Katanya. harapan itu pun luruh dengan sendirinya. "Aku mengerti," Jawabnya. Lalu sang bayu menyingkir tak berkata-apa-apa.

Semakin lama, cinta yang sudah menguat, mulai terpendam lagi seperti sedia kala, kerontang. Tak berisi dan ingin diisi dengan cinta dan kasih sayang tulus dari penantian orang yang disayang. Perbedaan yang bisa ditolerir menurut satu sisi, mungkin hanya menjadi memori belaka bahwa tak semua cinta akan bermuara kepada yang dicinta. Aku tahu semua itu. Oleh, karena itu, aku mencoba untuk mundur sejengkal demi sejengkal darimu. Melupakan rasa cinta dan menggantinya dengan rasa suka terhadap seorang teman. Pilihan ini tentu sudah kulakukan. Isu yang tercemar tentangku dulu, yang membuatku sakit hati dan emosi, harus kutanam dalam-dalam hingga terlupakan. Kujawab dengan senyuman walaupun dalam hinaan.

Sejak itu, kuputuskan kau dengan bismillah, berharap kau bisa mendapat yang lebih baik tentunya. Semua cinta yang pernah singgah di hatiku, takkan kubiarkan liar mengganas yang bisa membutakan mata. Prinsip hidup yang saat ini masih kupegang adalah prinsip yang dulu pernah kukatakan padamu tentang jodoh dan kesungguhanku. Selamanya akan tetap begitu. Pendidikan, Ta'arruf, Wife, Gold Planning adalah serangkaian kata kunci yang menjadi pedomanku.

Aku masih memahami hakikat opini maupun takdir tetap sang Illahi. Jodoh yang baik akan datang dengan sendirinya selama aku bisa baik, dan sebaliknya. Pengalaman cinta yang terjadi inilah yang membuatku bisa merasakan cinta untuk pertama kali walaupun banyak masalah yang menghadang dengan terpaan fitnah, dugaan maniak dan tergila-gila dengan cinta. Aku bersyukur memiliki pengalaman ini.

Aku adalah apa yang kupikirkan. Namun terkadang yang orang lain pikirkan tentangku adalah hal yang sama sekali tak ada sangkut pautnya. Selalu wrong answer. Mencoba menjelaskan namun disangka yang tidak-tidak. Ibuku selalu menasihatiku bahwa biarlah orang lain yang berbuat jahat kepada kita, asalkan jangan kita yang berbuat jahat kepadanya. Ini mungkin klise, namun inilah yang selalu tertanam di hati dan pikiranku bahwa hidupku harus diliputi kebaikan.

Aku ingin mengucapkan terima kasih atas cinta yang mungkin tak ada di hatimu tentangku. Demokrasi pemikiran yang selalu menggangguku bercerita kepad sukma bahwa aku bukanlah apa-apa. Kau sudah ada yang punya, dan menurutku kepunyaan yang sakral. Aku masih mengingat fitnah yang tak pernah kulakukan yang masuk ke telingaku membuat aku terus dikejar-kejar pertanyaan dan ocehan dari orang yang mengetahuinya. Sedih ? Kesal ? Awalnya. Namun, senyuman membuatku kuat. Dan satu lagi, kau adalah salah satu orang yang kusayangi.

Banyak yang bilang aku orang yang terlalu demokrasi dengan cinta. Maksudnya ? Selalu mengedepankan opini bahwa setiap orang boleh memiliki orang lain asalkan cinta menaungi mereka. Aku tahu kau sudah ada yang punya. Karena itu, aku mengundurkan diri dari pertarungan itu. Melihat mereka yang lebih sempurna, aku menjauh.

Berjanji untuk menikahi adalah ibadah. Untuk diri sendiri, ibadah seperti itu harus didahulukan. Karena dalam soal ibadah kepada Allah, harus mendahulukan diri sendiri daripada orang lain. Namun, tidak denganku. Aku lebih suka mendatangi wanita yang kucintai dengan menggandeng orangtuaku untuk melamar wanita itu. THAT'S IT. Aku berprinsip bahwa demokrasi cinta harus ditegakkan. Aku tidak mau melakukan BOOKING-an karena menurutku bisa saja aku bukan jodohnya. Biarlah pria yang lebih siap dan sempurna yang akan meminangmu terlebih dahulu. Dan jika itu terjadi, aku bisa tersenyum lega, karena kau mendapatkan seseorang yang bisa membuatmu bahagia. That's it.

Aku bersyukur kita dipertemukan dalam satu atap. Saling mengetahui sifat masing-masing walaupun hanya beberapa saat saja. Itu sudah cukup bagiku untuk berkenalan dengan salah satu orang yang kusayangi. Walaupun kita tak saling bicara, kita masih  berteman. Aku tak mau mencari gara-gara denganmu, dan tak mau membuat orang lain berpikiran cinta antara kau dan aku. Aku muak dengan ocehan mereka tentang kau dan aku. Aku lebih memilih diam dan menahan emosiku yang membuatku panas hati. Itu yang bisa kulakukan. Maaf, aku mungkin jarang bicara denganmu. THANKS TO YOU. Dan satu lagi, aku tak akan melakukan apa yang kau khawatirkan. Aku takkan datang melamarmu, karena aku tahu aku tak akan diterima. Aku sangat paham dengan keadaanmu saat ini. Dengan ini, kau bisa tahu bagaimana yang sebenarnya.