widgets

Senin, 13 Juli 2015

Tertipu !

Seorang anak kost yang baru bangun tidur, mendengar adzan.
Budi         : "Alhamdulillah, sudah buka." Dilahapnya makanan dan minuman
                     yang ada di hadapannya. 
(Tiba-tiba temannya masuk)
Budek      :  "Woy, kau BuDi ya ?" Teriaknya.
Budi         :  "Aku memang Budi, ada masalah ?"
Budek      :  "Ya, masalah besar. Ini kan baru tengah hari. BuDi kau ya ?
                      Buka Diam-Diam."
Budi         :  "Woy, inikan udah adzan maghrib. Tuh liat, sudah gelap, kan ?"
Budek      :  "Itu sih adzan Dzuhur ! Di luar memang sedang mendung !"
Budi         :   (Gubraaak !)

Hormati Orang Yang Berpuasa !

Tiba-tiba, seorang pemuda kekar menghampiri rumah makan dengan marah.
Ucup                   :  "Saya mau ketemu dengan pemilik rumah makan ini.
                                Siapa pemiliknya ?" Bentaknya.
Pemilik               :  "Sa...saya, Pak. Ada apa ya, Pak ?" Gemetaran.
Ucup                   :   (Sambil mukul meja) Bapak ini gimana sih ! Ini kan bulan puasa.
                                Kalau jualan tutup dong pake tirai ! 
                                Hormati dong orang yang lagi puasa !" Bentaknya.
Pemilik               :   "Ba...baik, Pak."
(Beberapa saat kemudian, pemilik pun memasang tirai penutup)
Ucup                   :   "Nah, gitu dong, menghormati orang yang berpuasa. 
                                 Pesan es jeruknya satu !"
Pemilik               :    (Gigit kabel)

Kamis, 30 April 2015

#BeraniLebih Menghapus Ilusi Teknologi

Ilusi teknologi ? Ya, teknologi yang membuat kita terhipnosis dengan dunia khayalan yang berfokus pada layar canggih yang bisa melihat isi dunia. Relationship dalam bualan semata, tahu nama namun bukan cerita. Kita bisa saja memiliki banyak teman di sosmed hingga beribu-ribu. Namun, ilusi pun memperlihatkan kekuatannya. Layar monitor dan smartphone menjadi lahan yang ditumbuhi oleh sikap apatis terhadap lingkungan sekitar, dan hanya berfokus pada serunya dunia maya.

Ketika kita membuka dan mulai browsing pertemanan dan percakapan, saat itulah kita menutup pintu rumah untuk tak saling peka dengan teman sendiri yang berjibaku dengan dunia nyata. Komunitas yang berkubang dan menyebar begitu cepat di dunia maya, hanya perakalan teknologi yang membuat kita "tak sadar" tentang arti manusia yang berjiwa sosial. Rasa kebersamaan dunia maya yang sementara. Ketika kita menutup layar monitor komputer, baru tersadar bahwa sekeliling yang konkret telah berubah dan menjadi membingungkan. Kita diperbudak teknologi sendiri untuk melakukan hal yang kecil, namun ketika kita beranjak dan mematikan gadget, melihat sekeliling, kita bisa membuat hal yang besar lebih dari ketikan jari semata.

Dulu, ketika masih kecil, saya sering bermain di luar rumah. Menikmati kebersamaan, canda tawa dengan sahabat. Namun, hiburan anak zaman sekarang berubah dengan hanya memainkan ipad dengan santai di rumah. Taman bermain sunyi ditelan zaman. Tak ada yag bermain lagi. Tak ada suara riuh anak kecil yang tertawa dan menangis karena jatuh. Layaknya robot untuk sang tuan rumah, kaku tanpa pengetahuan sosial dan ikatan batin nyata dan berkelanjutan.

Sekarang, yang harus kita lakukan adalah sejenak untuk merenungi tentang rasa sosial di sekitar kita. Sudah saatnya kita tidak diperbudak lagi oleh teknologi. Sudah saatnya kita #BeraniLebih membuka pikiran untuk menghapus ilusi teknologi. Mulailah matikan layar dan bercengkerama dengan alam, dengan orang-orang yang membutuhkan, melakukan langkah pertama keluar dari dunia maya menuju gerbang dunia nyata. Interaksi yang menggembirakan akan segera didapat. 

Ketika tak berucap "hallo" kepada orang lain, kita kehilangan kesempatan besar. Di saat kita tak tahu jalan, di mana ada orang lain tepat di hadapan kita, kita dengan tegas meminta jawaban darinya, berucap dengan tulus dalam berinteraksi. Cinta pada pandangan pertama yang kebetulan tumbuh itu, akan membawa kita pada masa bahagia di hari tua. Memiliki keluarga harmonis dengan canda tawa yang bersemayam. Think carefully ! Jika kita tak melakukan interaksi dunia nyata, kebahagiaan itu takkan didapat. Dan lebih buruk lagi, kita menukar kesempatan masa depan yang indah di dunia nyata dengan duduk menatap gadget menghabiskan masa yang membuat sakit mata. 

Mulailah menatap sekeliling di dunia nyata ! Ilusi teknologi takkan menghantuimu lagi ! Saya menyesal menjadi bagian dari ilusi teknologi ini.

Itulah pandangan saya tentang ilusi teknologi di sekitar kita. Boleh mention saya di  Twitter : @BaslanSyah
dan add akun saya di Facebook : Baslan Syahputra. Salam kenal !






Minggu, 19 April 2015

Pertemuan dan Perpisahan

Oleh : XII IPS 1 T.A. 2014/2015 SMA Negeri 2 Rantau Utara
Dibacakan : Nurale

Dari pasir panjang yang bertebaran dari segala penjuru arah
Menyapa angin yang membuat kita bersatu
Ingatkah kalian ketika mata pertama tak saling mengenal ?
Awalnya tak satu pun ada rasa yang terkenang
Tak satupun ada cinta yang menaungi
Hanya bisu yang menghalangi lidah yang keluh
Tak berani menyapa dan tak ada yang menyapa
Hanya keheninganmurni yang hinggapi hati

Sampai sebuah nama pahlawan diubah menjadi nama kelas
Tutur yang terucap hanya sekedar gurauan semata
Saling mengenal nama namun bukan cerita
Mencoba menyayangi dan mengubahnya menjadi cinta
Cinta yang tulus, sepenuh hati, tanpa berbelas kasih

Saling memahami sifat
Tersadar tak ada yang buruk
Bukan saling membenci tapi hanya tak saling mengerti
Berbagai ocehan yang terkadang membuat panas hati
Membuat rasa marah menyeringai merah
Ada yang terdiam
Ada yang tak mau diam
Hitam dan putih bercampur rapi
Seperti pelangi indah yang menyapa embun
Dengan berbagai warna yang mempesona

Waktu memang tak akan berputar ulang
Tak akan memberi kesempatan yang sama
Teman yang mulai menemani hari
Mengisi hati dengan cinta dan kasih
Kenangan yang membuat kita tertawa
Dalam sepi atau duduk menyapa hati
Dengan kehangatan bahwa kita adalah KELUARGA
Ya, KELUARGA

Berastagi, 17 April 2015


Sabtu, 14 Maret 2015

Cinta di Ujung Salju

Oleh : Baslan Syahputra

Bening putih mendinginkan malam
Saat ku tatap penuh pesona
Payung hitam mewarnai temaram cahaya
Di balik pohon yang berawan putih

Duduk menyamping menanti
Kesedihan menemani di kala ingin menangis
Menatap kosong tanpa berbelas kasih

Perlahan sang bayu menerpanya
Hujan salju menjadi pertanda
Cinta menanti untuk setia

Pekat malam menyaksikan semua
Begitu juga aku, terpaku pada cinta
Kasih sayang di depan mata
Namun hati tak mampu berkhutbah
Menaungi bibir tanpa berucap

Ku beranjak penuh harap
Membuka pintu tanpa menutup hati
Kuhampiri tanpa sepatah kata
Kursi menebal menyapa sukma
Berlinang air mata
Bisu namun bermakna
Yakin, setia
Cinta dan harmoni
Akan menghampiri
di kegelapan malam
Pada keindahan senja
Di balik hujan mengguyur setiap jengkal
Di ujung salju


Rantauprapat, 14 Maret 2015




Minggu, 08 Februari 2015

Korupsi Takkan Pernah Mati


http://poskotanews.com/cms/wp-content/uploads/2014/10/Meme-korupsi.jpg


Pelanggaran sosial yang biasanya membelenggu para elit ini sudah menjadi adat istiadat yang sakral bagi negara ini, Indonesia. Penyelewengan kekuasaan sehingga melakukan korupsi membuat kita gigit jari dan panas hati terhadap mereka yang tak tahu diri. Entah dari mana budaya ini berasal. yang jelas, harus dicegah dan dikurangi dengan berbagai alasan sentimentil.

Kejahatan ini telah membawa Indonesia ke dalam peringkat 10 besar sebagai negara terkorup di dunia. Sungguh memalukan. Indonesia menyimpan begitu banyak kemunafikan tentang hal ini sehingga menutup diri kepada kebaikan. Kejahatan ini tentunya bisa menyerang dan diserang siapa saja. Tak peduli tinggi-rendahnya jabatan dan ekonomi seseorang.

Salah satu faktor yang bisa memicu korupsi adalah kekuasaan. Maksudnya, kekuasaan yang bermanifestasi kepada jabatan yang paling berpengaruh dan enggan untuk diketahui dan digugat. Jabatan yang bisa mengatur apapun dan menjadi leader. Dari sinilah hal itu bermula. Kepandaian seseorang dalam mencari keuntungan mulai dilakukan secara rahasia yang tentunya merupakan delik. Mencuri dana tanpa merasa bersalah.

Keserakahan adalah makanan utama bagi para koruptor. Ketidakpuasan terhdap materi dengan meninggalkan sifat bersyukur inilah yang membuat mereka selalu melihat jenjang derajat yang lebih atas dan mapan darinya. Mata hati yang kurang terang sehingga lama kelamaan menjadikannya gelap, menghitamkan pikiran dan pandangan terhadap sesuatu yang benar. Lalu menjadi sebuah pembenaran dari konsep keserakahan pribadinya. Pembenaran yang ilegal, mencerminkan semakin kuatnya keserakahan sehingga berujung pada korupsi. 

Tahukan dia itu salah ? Tahu, tapi pura-pura tidak tahu. Berkeliaran di sana-sini merasa tak bersalah dengan memanfaatkan anggapan baik orang lain terhadapnya. Seenaknya mengenyangkan perut sendiri maupun orang yang dikehendakinya, dengan harta dan makanan yang berpotensi menjadi jeruji besi yang dikawal polisi. Selama tidak ketahuan, selama itu pula dia melakukannya dengan senang hati walaupun rasa takut menghantui.

Jika kekangan telah dirasa, koruptor mulai mengalihkan pandangannya. Berusaha melaksanakan teknik melarikan diri. Aroma para aparat yang mengintai, membuatnya semakin gelisah hati dan pikiran. Keringat yang mengucur karena berusaha kabur sekaligus tidak jujur. Ibarat nasi sudah menjadi lontong, meminta tolong namun sudah tak dipercaya karena berbohong.

Kerja sama segenap elemen masyarakat dengan pengaruh regulasi yang menakutkan tanpa ampun, membuat mereka tak akan coba-coba korupsi. Keberanian dalam mengungkapkan kejahatan harus didasari dengan iman dan bukti yang kuat. Kesadaran harus ditanamkan tentang arti pencurian dan konsekuensinya. Berdasi anmun berisi dengan hal-hal keji yang membuat orang lain risih. Kesadaran pribadi tiu perlu, namun kalau sudah begini, pihak yang berwenang harus menang dalam menegakkan tiang pencegah korupsi yang semakin berwenang. Korupsi takkan pernah mati bila kita tak bermuhasabah diri. 



Rantauprapat, 8 Januari 2015

Penulis :

Baslan Syahputra