widgets

Kamis, 26 Desember 2013

Puisi Chairil Anwar

Assalamu'alaikum sobat Baslanymous,
Apa kabar hari ini ? Mudah-mudahan baek-baek aja ya...
Gak kayak saya di sini, kondisi badan dari dalam lagi gak enak gara-gara seseorang  *kok curhat.

Postingan kali ini tentang mantan guru saya, seorang sastrawan yang bernama " CHAIRIL ANWAR "
Pasti udah tau dong siapa beliau...
Tak kasih tau sek yo...


Puisi Chairil Anwar


Chairil Anwar mendapatkan julukan "Si Binatang Jalang" yang berdasarkan pada karya puisinya yang berjudul 'Aku'. Chairil Anwar memang telah menelurkan banyak puisi hingga puisinya pun menjadi melegenda dan menjadi sejarah, bahkan mungkin dalam pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah kita sering melihat karya puisi Chairil Anwar. Seperti yang tadi telah dikatakan bahwa kami akan memberikan beberapa puici Chairil Anwar yang tak akan lekang oleh waktu, untuk itu lebih baik langsung kita simak saja kumpulan puisi Chairil Anwar di bawah ini. 

 

TAK SEPADAN


Aku kira:

Beginilah nanti jadinya

Kau kawin, beranak dan berbahagia

Sedang aku mengembara serupa Ahasveros



Dikutuk-sumpahi Eros

Aku merangkaki dinding buta

Tak satu juga pintu terbuka



Jadi baik juga kita padami

Unggunan api ini

Karena kau tidak ‘kan apa-apa

Aku terpanggang tinggal rangka



Februari 1943




AKU

Kalau sampai waktuku

‘Ku mau tak seorang ‘kan merayu

Tidak juga kau



Tak perlu sedu sedan itu



Aku ini binatang jalang

Dari kumpulannya terbuang



Biar peluru menembus kulitku

Aku tetap meradang menerjang



Luka dan bisa kubawa berlari

Berlari

Hingga hilang pedih peri



Dan akan akan lebih tidak perduli



Aku mau hidup seribu tahun lagi




CINTAKU JAUH DI PULAU


Cintaku jauh di pulau

Gadis manis, sekarang iseng sendiri



Perahu melancar, bulan memancar

di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar

angin membantu, laut terang, tapi terasa

aku tidak ‘kan sampai padanya



Di air yang tenang, di angin mendayu

di perasaan penghabisan segala melaju

Ajal bertakhta, sambil berkata:

“Tujukan perahu ke pangkuanku saja.”



Amboi! Jalan sudah bertahun kutempuh!

Perahu yang bersama ‘kan merapuh

Mengapa Ajal memanggil dulu

Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!



Manisku jauh di pulau,

kalau ‘ku mati, dia mati iseng sendiri.



PRAJURIT JAGA MALAM

Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu ?

Pemuda-pemuda yang lincah yang tua-tua keras,

bermata tajam



Mimpinya kemerdekaan bintang-bintangnya

kepastian ada di sisiku selama menjaga daerah mati ini



Aku suka pada mereka yang berani hidup

Aku suka pada mereka yang masuk menemu malam



Malam yang berwangi mimpi, terlucut debu

Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu!




HAMPA

kepada sri



Sepi di luar. Sepi menekan mendesak.

Lurus kaku pohonan. Tak bergerak

Sampai ke puncak. Sepi memagut,

Tak satu kuasa melepas-renggut



Segala menanti. Menanti. Menanti.

Sepi.



Tambah ini menanti jadi mencekik

Memberat-mencekung punda



Sampai binasa segala. Belum apa-apa

Udara bertuba. Setan bertempik

Ini sepi terus ada. Dan menanti.



YANG TERAMPAS DAN YANG PUTUS 
Kelam dan angin lalu mempesiang diriku,

Menggigir juga ruang di mana dia yang kuingin,



Malam tambah merasuk, rimba jadi semati tugu

Di Karet, di Karet (daerahku y.a.d) sampai juga deru dingin



Aku berbenah dalam kamar, dalam diriku jika kau datang dan aku bisa lagi lepaskan kisah baru padamu;



Tapi kini hanya tangan yang bergerak lantang

Tubuhku diam dan sendiri, cerita dan peristiwa berlalu beku.


RUMAHKU

Rumahku dari unggun-timbun sajak
Kaca jernih dari luar segala nampak

Kulari dari gedong lebar halaman
Aku tersesat tak dapat jalan

Kemah kudirikan ketika senjakala
Di pagi terbang entah ke mana

Rumahku dari unggun-timbun sajak
Di sini aku berbini dan beranak

Rasanya lama lagi, tapi datangnya datang
Aku tidak lagi meraih petang
Biar berleleran kata manis madu
Jika menagih yang satu

27 april 1943





DOA

kepada pemeluk teguh

Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namaMu

Biar susah sungguh
mengingat Kau penuh seluruh

cayaMu panas suci
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi

Tuhanku

aku hilang bentuk
remuk

Tuhanku

aku mengembara di negeri asing

Tuhanku
di pintuMu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling







PERSETUJUAN DENGAN BUNG KARNO
Ayo ! Bung Karno kasi tangan mari kita bikin janji
Aku sudah cukup lama dengan bicaramu
dipanggang diatas apimu, digarami lautmu
Dari mulai tgl. 17 Agustus 1945
Aku melangkah ke depan berada rapat di sisimu
Aku sekarang api aku sekarang laut

Bung Karno ! Kau dan aku satu zat satu urat
Di zatmu di zatku kapal-kapal kita berlayar
Di uratmu di uratku kapal-kapal kita bertolak & berlabuh
 
 

SAJAK PUTIH
Bersandar pada tari warna pelangi
Kau depanku bertudung sutra senja
Di hitam matamu kembang mawar dan melati
Harum rambutmu mengalun bergelut senda

Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku

Hidup dari hidupku, pintu terbuka
Selama matamu bagiku menengadah
Selama kau darah mengalir dari luka
Antara kita Mati datang tidak membelah…

1944



Semoga tulisan ini bermanfaat.
Wassalamu'alaikum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar