Hari itu suasana terasa lain dari biasanya. Waktu serasa lambat berjalan, angin berhembus seperti hampa tanpa belaian, dan terik matahari terasa redup walau tetap memancarkan terangnya. Namun tidak ada sedikit pun pikiran aneh yang terlintas di benak, dan keluarga saya pun tetap beraktivitas seperti hari-hari biasanya. Ah, mungkin ini hanya sekedar perasaan, pikir saya. Mungkin ini dikarenakan saya yang terlalu sensitif dalam memperhatikan keadaan sekitar. Namun memang ternyata apa yang saya rasakan memanglah sebuah pertanda, yang bahkan tak terpikirkan sedikitpun sebelumnya, hingga akhirnya mereka datang dan muncul dihadapan saya…
Saya tengah berdiri didepan pintu rumah sambil menoleh kedalam dan
memperhatikan orangtua saya yang sedang duduk di sofa sambil bermain
bersama kedua cucunya. Kemudian datang dua orang berbadan tinggi tegap
dan berpenampilan menggunakan stelan Jas berwarna hitam. Mereka muncul
dari gang disamping rumah, dan berdiri tepat beberapa langkah dari
hadapan saya. Mereka berdua hanya berdiri dan menatap saya, tanpa ucapan
ataupun gerakan untuk memberi isyarat. Anehnya,
walaupun mereka tidak mengutarakan maksud kedatangannya, tapi saya sudah
tahu persis tentang tujuan kedatangan mereka. Saya seperti mendapat
stimulus didalam pikiran saya untuk ikut bersama mereka. Saya tau persis
bahwa kedatangan mereka adalah untuk menjemput saya. Saya kembali
menatap keluarga saya yang berada didalam rumah, dan ekspresi wajah
mereka telah berubah. Mereka menatap saya dengan hampa . Dan saya pun
mengikuti mereka seolah saya memang harus pergi bersama mereka.
Saya berjalan beberapa langkah dibelakang mereka, mereka berjalan lurus
tanpa menoleh sedikitpun kebelakang. Saya ingat betul jalan-jalan dan
gang yang saya lewati, bahkan saya tahu persis kemana mereka akan
membawa saya. Sepanjang perjalanan, saya memperhatikan pejalan kaki
lainnya yang saling berpapasan. Keadaan seperti normal dijalan itu,
orang beraktivitas dan berlalu-lalang seperti hari-hari biasanya, hingga
akhirnya saya sampai ditempat yang dituju. Tempat yang lokasinya tak
jauh dari rumah saya, sebuah lapangan kecil yg cukup tersembunyi karna
tertutup oleh tembok-tembok rumah disekitarnya. Jantung saya mulai
berdegup sangat kencang ketika tiba dilokasi itu. Karena ketika tiba
disinilah saya baru menyadari untuk apa mereka membawa saya ke tempat
ini..
Jantung berdegup lebih kencang ketika ternyata apa yang saya lihat
disitu sama persis seperti apa yang ada dalam pikiran saya. Sebuah
podium kecil yang tak terlalu tinggi dan berbahan kayu dengan tiang
pancang yang terlihat kokoh di tengahnya. Di ujung tiang pancang itu
tersemat sebuah tali simpul berbentuk lingkaran.
Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun..
Inilah waktunya, sudah tiba gilirannya untuk saya !
Saya tak bisa berbuat apa-apa lagi..
Ini memang sudah seharusnya, waktu saya telah habis…
Walau jantung berdegup kencang, saya tetap berjalan menaiki podium itu.
Ketika saya meniti tangga podium itu, saya perhatikan sekitar, ternyata
banyak orang disitu. Seluruh keluarga, sahabat, dan semua orang yang
pernah saya jumpai, mereka berdiri disekitar podium dan menatap saya
dengan tatapan kosong.
Tepat dibawah tiang pancang, saya kaitkan sendiri simpul tali itu
dileher saya. Saya perhatikan dua orang berjas hitam itu berdiri tepat
didepan podium dan fokus memperhatikan saya. Saya ketatkan simpul di
leher, dan menutup kedua mata, bismillah..
Keringat mulai mengalir, jantung terasa ingin pecah, ludah tertahan
dikerongkongan, perasaan ini terasa begitu berat, seolah masih ada hal
yang belum saya tuntaskan, seperti ada yang masih mengganjal. Saya tak
mampu melalui ini, saya belum siap!
Saya buka kembali mata saya dan mengajukan permohonan ke mereka, tanpa
kata, tanpa isyarat, namun ternyata mereka mengerti dan member saya
perpanjangan waktu, lalu mereka pun pergi begitu saja..
Rasa bahagia terasa memenuhi jiwa, saya seperti memperoleh kesempatan
kedua. Tetapi saya tahu persis kapan mereka akan kembali, saya hanya
sekedar diberi beberapa waktu untuk menuntaskan urusan saya
Kesempatan yang luar biasa saya syukuri ini sedetikpun tak saya
sia-siakan, saya ingin menuntaskan urusan saya. Saya kembali ke rumah,
bersimpuh dihadapan orangtua saya dan memohon ampun atas semua sikap
saya yang pernah menyakiti dan mengecewakan mereka. Tanpa ego dan rasa
malu, saya datangi semua kawan dan sahabat untuk meminta maaf dari
mereka, saya tak ingin pergi dengan keadaan masih meninggalkan dosa…
Dan kesempatan waktu pun telah habis, kedua ‘malaikat pencabut nyawa’
itu kembali datang ke rumah untuk menjemput saya. Saya sadar bahwa kali
ini takkan ada kesempatan lainnya, inilah waktu yang terakhir untuk
saya. Namun bahkan saat langkah pertama meninggalkan rumah, kaki ini
terasa sangat . Hati ini terasa sulit untuk mengucap perpisahan pada
jalan-jalan yang saya tapaki, pada lingkungan yang saya tinggali, pada
dunia yang saya hidupi..
Langit begitu biru dan cerah, namun tak ada angin sedikitpun yang
berhembus selama perjalanan, tak satupun orang saya temui dijalan itu.
Berat sekali kaki ini mengikuti dua malaikat itu yang berjalan beberapa
langkah didepan saya. Sempat terlintas dalam benak, untuk membalikkan
badan dan lari dari mereka,, saya tak ingin berpisah dengan semua ini,
Tapi hal itu tak dapat saya lakukan!
Sesampainya kami di tempat tujuan, sudah banyak orang yang berdiri,
keluarga , kawan dan semua orang yang saya kena telah hadir disitu.
Namun kali ini saya melihat raut senyuman diwajah mereka…
Podium dan tiang pancang telah siap dihadapan saya. Dengan perasaan yang
sangat berat saya melangkah menuju podium, bahkan saya sempat berhenti
beberapa detik saat kaki ini menaiki tangga podium. Habis sudah ! inilah
waktunya..
Dibawah tiang pancang kembali saya lilitkan simpul tali dileher,
kasarnya tali begitu terasa dileher. Namun hati ini terasa tetap tenang,
saya sudah menerima bahwa ini memang sudah waktunya.
Saya pejamkan mata,
Astaghfirullah.. Astaghfirullah..
Selamat tinggal Ayah, selamat tinggal Ibu… Astaghfirullah..
Selamat tinggal Sahabat..
Selamat tinggal kehidupan…!
Air mata ini pun jatuh mengalir , berat sekali rasanya meningggalkan
dunia ini. Saya buka kembali mata saya dan meminta mereka untuk
menutupi kepala saya dengan kain penutup, saya tak sanggup melihat diri
saya digantung..!
Mereka pun menutup kepala saya dengan kain hitam, dan kembali melilitkan simpul tali dileher!
Gelaap…
Sangat gelap..
Namun hati ini telah tenang..
Kesempatan saya telah habis, dan ini lah waktunya untuk pulang ke sisi-Nya..
Astaghfirullah..
Astaghfirullah..
Astaghfi………..
Mata saya terbuka, tirai jendela kamar bergoyang tertiup angin,
sayup-sayup terdengar adzan subuh berkumandang, yaa Allah, ternyata
hanya mimpi !, Namun ucapan istighfar terakhir itu masih sangat terasa
dan bergetar dilidah, Astaghfirullah…
********
Mimpi yang saya alami itu terasa begitu yata, bahkan masih saya ingat
hingga detai sampai saat ini. Mungkin Allah mengingatkan kita untuk
selalu mengingatnya..!
Mungkin kita harus mulai menyadari bahwa waktu kita didunia ini sangatlah singkat, dan terlalu berharga untuk disia-siakan..
Maknailah hidup, gunakanlah untuk beribadah dijalanNya..
Jangan sampai kita menyesal ketika Izrail mendatangi kita..
Karna, jika maut telah datang menjemput, tak sedetikpun kita mampu untuk mengulurnya..!catatanpudar.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar