Pada
suatu ketika aku melihat seorang kakek yang telah rapuh termakan usia.Dia
berjalan tertatih-tatih menyusuri
jalanan tiada kawan.Dia hanya berbekal pakaian yang telah melekat pada tubuhnya.Pandangan matanya kosong seperti
tiada selintas apapun di pikirannya.Kakinya yang reot terus berjalan tanpa ada
arah tujuan yang pasti.
Tiba-tiba
ada segerombolan pemuda penunggang motor melaju dengan kecepatan tinggi.Tanpa
diduga kakek itu terserempet oleh salah satu dari segerombolan pemuda
itu.Seketika kakek jatuh tersungkur di antara bebatuan.Segerombolan pemuda yang
tidak bertanggung jawab itu pergi tanpa kembali.Kemudian aku terperanjak dari
keheninganku memperhatikan sang kakek.Aku berlari agar segera menolong kakek
itu.Sesampainya aku di dekatnya,aku membantu kakek berdiri dan menuntunnya
menuju tempat yang teduh.Setelah itu,kakek duduk di bawah rindangnya
pohon.getaran tubuhnya masih terlihat dengan sangat jelas.Kemudian dia menengadahkan kepalanya ke atas dan ia
terpaku menatap langit.Hanya satu kata yang terlintas dari bibirnya, “Anakku...........”
Dengan
rasa penasaran,aku memberanikan diri untuk bertanya pada kakek itu.”Apa maksud
kakek dengan ucapan kakek tadi?”Begitulah tanyaku pada kakek.Namun,kakek itu
hanya terdiam.Kemudian aku segera mengganti pertanyaanku pada kakek itu.
“Kakek,kakek
mau pergi ke mana?”Lanjut pertanyaanku.Sejenak kakek itu terdiam,kemudian ia
menjawab,“Ke mana pun kaki ini melangkah akan ku turuti”.Aku bingung dengan
jawaban kakek tersebut.
”Apa kakek punya
rumah?”Lanjut pertanyaanku.
“Kakek
punya rumah.Namun,kakek telah diusir dari rumah kakek sendiri”.Jawab kakek.
“Siapa
yang mengusir kakek dari rumah kakek sendiri?”tanyaku.
“Anakku”jawab
kakek.
“Kakek
telah salah dalam membimbing anak-anak kakek.Kakek terlalu memanjakan mereka
dan selalu menuruti apa yang diinginkan mereka.Dan kakek terlalu memberikan
kebebasan kepada mereka,tanpa memberikan ilmu pendidikan dan ilmu agama kepada
mereka.Lama kelamaan,semua harta benda yang kakek punya habis tiada
tersisa.Hanya rumah,harta yang kupunya.Dalam keadaan demikian,anak dan istriku
mulai enggan tinggal bersamaku.Hingga pada akhirnya,kakek diusir dari rumah
kakek sendiri”.Begitulah sambung kakek.
Aku
terdiam membisu mendengar cerita dari kakek.Aku tak tahu lagi apa yang harus
aku katakan padanya.Tiba-tiba kakek itu berkata padaku, “Jadilah anak yang
berbakti kepada orang tua,janganlah sia-siakan waktumu dengan hal-hal yang
tiada manfaat,teruslah menuntut ilmu hingga batas akhir hayatmu.Dan janganlah
kau lupakan ilmu agama,ilmu yang akan selalu menerangimu di setiap langkah
kakimu!!!!!!! Jika tiba kau menjadi orang tua,dan kau mempunyai anak,janganlah
kau mengikuti langkahku!!! Bimbinglah anakmu hingga batas
kemampuanmu.Bimbinglah anakmu dengan ilmu yang bermanfaat.Dan hingga padaa
akhirnya nanti,anakmu mengetahui jalan yang mereka tempuh yaitu jalan yang
lurus,jalan yang diridhai_Nya.
Setelah
kakek mengatakan hal itu,kakek pergi berlalu lalang dari hadapanku,dan aku
masih terdiam membisu memahami apa yang telah kakek katakan padaku.Dalam benakku
mengatakan,”Aku berjanji kakek,aku akan mengingat dan menjalankan pesan dari
kakek.Terima kasih kakek,atas pengalaman hidup yang telah kakek berikan
padaku,yang telah menyadarkanku tentang pentingnya ilmu pendidikan dan ilmu
agama di dalam kehidupan ini.Keduanya harus dijalankan dengan seimbang,tanpa
memberat sisikan salah satu di antara keduanya.Terima kasih
kakek,...................
~
~ SELESAI ~ ~
S.a.H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar