Rara, itu lah namaku. Nama yang merupakan pemberian terakhir dari
ibuku. Ya aku adalah seorang anak yang sudah tak lagi memiliki sosok
seorang ibu, ibuku meninggal dunia setelah beberapa saat melahirkanku ke
dunia ini.
Hari ini tanggal 2 juli, yang merupakan hari ulang tahunku yang ke 17
tahun tetapi apalah arti sebuah umur tanpa kehadiran sosok wanita yang
telah melahirkan kita kedunia ini. Menurut ayahku, ibu adalah seorang
wanita yang memiliki hati yang terbuat dari cahaya, tatapan nya sungguh
mempesona, senyumannya begitu manis dan wajahnya yang tertutup kerudung
sungguh anggun mempesona. Tetapi tiap kali aku mengingat kata-kata
tersebut air mataku langsung membasahi pipiku. Aku masih ingin merasakan
kasih sayang seorang ibu yang tak pernah ku rasakan sebelumnya.
Hari ini teman-temanku memberiku kejutan, aku sangat senang sekali, tak terasa aku begitu cepat melupakan kesedihanku.
Tetapi ditengah acara ulang tahunku itu, kepalaku mendadak sakit
sekali dan dari hidungku mengeluarkan darah, walaupun begitu aku anggap
itu bukan suatu masalah, aku tak ingin membuat teman-temanku serta
ayahku menjadi khawatir kepadaku dan aku tak mau mengecewakan mereka.
Hari-haripun kulalui seperti biasa. Tetapi kini aku merasa aku sangat
aneh, kepalaku benar-benar sakit dan tiap kali aku merasakannya aku
langsung tak sadarkan diri. Waktu itu sedang dilaksanakan lomba pidato
bahasa inggris, aku pun ditunjuk untuk mengikutinya. Tetapi ketika aku
sedang berpidato, tiba-tiba aku jatuh pingsan, degan sigapnya
guru-guruku yang berada disekitar panggung pun segera membawaku ke rumah
sakit.
Setelah beberapa saat dirawat dirumah sakit, akupun segera tersadar
dan kulihat disampingku hanya ada guruku. Lalu aku segera bertanya
kepada guruku itu ”bu, mengapa aku bisa berada di rumah sakit ini ?”
tanyaku sambil berusaha duduk. Tetapi bu Gitta hanya tersenyum dan
berkata ”sayang, tadi kamu pingsan waktu sedang berpidato disekolah,
jadi ibu membawamu kesini”. jawab bu Gitta yang merupakan guru bahasa
inggrisku disekolah.
Sejak saat itu aku merasa diriku ini benar-benar tak berdaya dan kini
aku tak dapat bermain seperti teman-temanku yang lainnya. Akhirnya aku
memberanikan diri untuk memperiksakan diriku ke dokter, dengan ditemani
sahabatku.
Setibanya di ruang dokter, dokter pun segera bertanya kepadaku
”kenapa dik, orang tua kamu dimana, kok hanya ditemani sama temanmu ?”
tanya dokter itu yang kemudian langsung mengajakku ke ruang periksanya.
Aku pun hanya tersenyum dan menjawab ”saya adalah anak yatim piatu dok,
jadi saya hanya di temani oleh sahabat saya dok”. Jawabku sambil
berbohong.
Setelah dokter memeriksa diriku, ia lalu berbicara kepadaku dan
menyuruh sahabatku untuk keluar sebentar. Aku yang binggung pun langsung
mendapat jawaban dari dokter yang berkata ”kamu sering merasa pusing
dan sering mimisan ya dik ?”
”ia dok, tiap kali aku merasakan hal tersebut aku langsung tak
sadarkan diri, memangnya aku sakit apa dok ?” jawabku dengan penasaran.
”kamu mengidap leo kimia stadium 3, dan itu sangat berbahaya sekali”
jawab dokter kepadaku sambil menenangkan diriku yang langsung meneteskan
air mata.
Setibanya diluar sahabatku Luna, langsung bertanya kepadaku ”gimana
hasilnya, kamu sakit apa ? mengapa kamu menangis?” tanya Luna kepadaku.
Aku langsung bercerita kepada Luna ”kata dokter, aku mengidap penyakit
leo kimia yang sudah stadium 3, berarti umurku sudah tak lama lagi,
tetapi Luna, aku mohon tolong jangan bilang ke ayahku dan yang lainnya
ya, cukup hanya kamu yang mengetahuinya, aku percaya kepada kamu Luna
sahabatku.
Kini, pandangan mataku sudah mulai terganggu, rambut ku yang dulunya
tebal kini tinggal kenangan, wajahku yang pucat pasi berusaha ku
samarkan dari pandangan ayahku yang mulai curiga denganku. Tetapi aku
benar-benar tak mau kalau ayahku mengetahui aku sedang berusaha melawan
penyakit yang terus menerus menggerogoti tubuhku ini. Aku ingin menjadi
seorang wanita yang dapat kuat menjalani cobaan yang sangat berat ini.
Aku ingin membahagiakan ayahku dan aku tak ingin membuatnya khawatir
kepadaku, itulah sebab aku tak mau berterus terang mengenai penyakit ku
ini.
Tak terasa kini tubuhku semakin kurus, wajahku benar-benar pucat, dan
kini aku sudah tak kuat lagi menjalani aktifitas-aktifitas ku yang
biasa ku lakukan. Karena curiga dengan keadaanku yang sering dibawa ke
UKS oleh teman-temanku, bu Gitta bertanya kepadaku ”Rara, kamu kenapa
sayang, sudah lama ibu tak melihatmu mengikuti kegiatan-kegiatan yang
diadakan sekolah. Kenapa nak ? kamu sakit ?” tanya bu Gitta dengan
penasaran.
”aku tidak sakit bu, hanya saja aku sedang malas mengikuti kegiatan
seperti itu, aku sedang ingin mencari ketenangan bu, maafkan saya ya bu…
” jawabku kepada bu Gitta.
Aku akan selalu semangat menjalani hidup ini walaupun aku tahu umurku
tak akan lama lagi, aku akan berterus terang kepada seluruh keluargaku
tentang penyakit yang sedangku derita saat ini, walaupun ku tahu waktuku
tak akan cukup untuk mengatakannya kepada mereka. tetapi aku masih
belum siap untuk mengatakan kepada mereka karena aku benar-benar
menyayangi mereka dan aku tak mau membuat mereka menjadi sedih karena
terlalu mengkhawatirkan aku..
Andaikan mereka tahu sesungguhnya aku tak ingin mereka mencemaskan
diriku dan aku akan selau tersenyum kepada mereka untuk menutupi
penderitaan yang membuatku tersiksa. Aku akan selalu berusaha menjadi
yang terbaik untuk mereka. Apapun yang terjadi kepadaku aku akan
berusaha tegar dalam melewatinya, demi ayahku tercinta. Sahabatku, Luna
selalu memberikan semangat hidup kepadaku, karena ia yakin kalau aku
pasti dapat melawan penyakit yang terus-menerus menggerogoti tubuhku
ini.
Ingin rasanya aku memeluknya dan mengucapkan banyak terima kasih
kepadanya. Tetapi kini, aku hanya terbaring di tempat tidur, aku sudah
tak dapat menggerakkan anggota tubuhku lagi, rasanya bibir ini sudah tak
dapat mengucapkan sebuah kata-kata lagi.
Kini, hidupku sudah bergantung pada alat-alat medis kedokteran, tanpa
bantuan dari alat-alat tersebut, aku sungguh tak berdaya sedikitpun. Luna, selalu berdoa disampingku, ia selalu berada disampingku,
menurutku ia adalah sahabat terbaik yang pernah kumiliki, setidaknya
sampai akhirnya aku menutup mata.
Itulah cerita tentang sahabat ku yang bernama Rara Nesya, sahabat ku
yang telah dulu pergi meninggal kan aku :( semoga kamu tenang disana
sahabat ku Rara Nesya
S.A.H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar