widgets

Sabtu, 22 Februari 2014

Nista Penantian Dalam Dialog

          
             
                Ketika hari lulus-lulusan tiba, ia tak sabar untuk  mengatakan kepada pasangannya tentang situasinya.
P    : " Boleh kita bicara sebentar. Ada yang mau aku omongin sama kamu."
W  : (tersenyum lalu menganggukkan kepala)
P    : "Mungkin, ini adalah terakhir kali kita bertemu. Aku akan pindah ke Jawa untuk mengejar   kuliahku. Kamu tidak apa-apa kutinggalkan sendiri ?"
W  : (menunduk dengan muka sedih) "Kapan kamu akan pulang ?"
P    : "Kalau tidak ada halangan, setelah sarjana aku akan kembali padamu."
W  : "Apa kamu akan menjaga hatimu untukku dari perempuan lain ?"
P   : " Aku berjanji karena aku mencintaimu. Aku tak akan berpaling darimu. Sebaliknya apakah kamu akan menjaga hatimu untukku ?"
W  : " Aku berjanji."
P   : " Jadi, maukah kau menungguku selama itu ?"
W  : "Ya aku akan menunggumu."
            (keduanya saling tersenyum)
P   : "Walaupun kita nantinya berjauhan, aku kan selalu menghubungimu melalui chatting, telepon atau sms, agar hubungan kita tetap terjalin dan kita saling mengingat."
W  : (tersenyum)
P   : "Aku akan melamarmu tahun 2017 dan mudah-mudahan saja aku akan menepatinya. Doakan aja ya."
W : "Aku akan selalu berdoa untukmu."
P  : "Terimakasih."

Setelah perbincangan itu, si P berangkat untuk menempuh pendidikan di salah satu Universitas di Indonesia. Ia bertekad untuk sukses demi wanita yang dicintainya.
Setelah 4 tahun berlalu, ia telah menjadi sarjana dan berniat untuk kembali memenuhi janjinya pada wanita yang dicintainya. Ia mencari alamat rumah wanita itu dan mendapatkannya. Namun apa yang terjadi ?

P   : "Assalamu'alaikum."(sambil mengetuk pintu)
-    : "Waalaikumsalam."(sambut seseorang dari dalam rumah)
S   : (seorang lelaki membuka pintu) Ada keperluan apa ya ?" (tanyanya sopan)
W  : (bertanya kepada si S) Ada tamu mas ? Siapa ?" (menggendong anak sambil menghampiri pintu)
Si P seketika itu terperanjat, dan tak paham dengan keadaan itu. wanita yang ia cintai kini telah menikah dengan orang lain. dia tak tahu apa yang harus ia katakan.
P   : "Ma..maaf saya salah alamat." (lalu pergi meninggalkan rumah itu dengan hati yang kacau)
Si W sebenarnya menegtahui bahwa lelaki yang menjadi tamunya itu adalah kekasihnya yang akan melamarnya. Ia menjadi merasa bersalah.

Di perjalanan pulang, si P masih tak habis pikir dengan keadaan yang menimpanya itu. Padahal mereka berdua telah berjanji akan menjaga hati satu sama lain. Ternyata ia dikhianati. Dengan muka sedih, ia pulang ke rumahnya. Sungguh kasihan.


S.A.H


           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar